Bandung – Menjadi Indonesia (MI) adalah
program tahunan Tempo Institut yang kali ini telah menginjak tahun
keempat. Tahun ini kegiatan yang diselenggarakan oleh Tempo Institut
,General Electric (GE) Indonesia dan Garuda Indonesia digelar di
Bandung. Acara tersebut didukung sepenuhnya oleh PT Pos Indonesia
(Persero).
‘’Saya rasa ini kombinasi yang bagus. Tempo Institute
bersinergi dengan BUMN yang terbaik dan perusahaan multinasional yang
peduli pada kualitas pemimpin lokal,” kata Mardiyah Chamim, pemimpin
Tempo Institut .
Tempo Institute adalah lembaga yang menyebarkan
nilai-nilai yang dipercaya dan diperjuangkan oleh Grup Tempo Media,
antara lain demokrasi, pluralisme, antikorupsi, dan transparansi.
“Melalui program Menjadi Indonesia, kami ingin menyuburkan nilai-nilai
tersebut,” kata Mardiyah.
“Pos Indonesia mendukung penuh Menjadi
Indonesia karena sinergi Tempo Institute dengan BUMN terbaik ini
berdampak positif bagi generasi muda dengan memupuk kepemimpinan anak
muda agar menjadi motor perubahan” papar Dr. I Ketut Mardjana Direktur
Utama PT Pos Indonesia (Persero).
Bandung dipilih sebagai tempat
pelaksanaan MI, menurut Mardiyah, karena kota ini punya jejak sejarah
panjang. Bung Karno, misalnya, saat menjadi mahasiswa di kota ini,
pernah menggemparkan dunia melalui pidatonya yang berjudul ‘’Indonesia
Menggugat ‘’
Selain itu Bandung juga dikenal sebagai kota yang
dinamis dan kreatif. Banyak komunitas tumbuh di kota ini, dengan
segala kreativitasnya. Semangat bersama menjadi yang terbaik, yang
menyala- nyala dalam komunitas itu, adalah bagian dari semangat Menjadi
Indonesia yang harus dikobarkan. “Seperti pepatah, lebih baik
menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan, “ ucap Mardiyah
Salah
satu kegiatan ‘’Menjadi Indonesia’’ adalah kompetisi penulisan esai
tingkat mahasiswa. Sebanyak 20 penulis esai terbaik akan diundang untuk
mengikuti kemah ‘Menjadi Indonesia’ di Jakarta selama sepekan. Mereka
akan diberi pelatihan penulisan jurnalistik dan kepemimpinan serta
bertemu dengan para tokoh yang peduli pada berbagai persoalan di
Indonesia.
Tiga pekan sebelum kegiatan ini digelar, kami telah
mensosialisasi acara kompetisi penulisan Esai ini melalui, antara lain
jejaring media social seperti facebook, twetter, dan penyebaran brosur
ke kampus-kampus. Pada penyelengaraan tahun – tahun sebelumnya,
kompetisi ini diikuti oleh sekitar 1500 –an mahasiswa dari seluruh
tanah air.
Menurut Mardiyah, kompetisi ini dimaksudkan untuk
memprovokasi anak-anak muda, terutama mahasiswa, agar menjadi motor
perubahan. “Mereka adalah para calon pemimpin di masa mendatang.,”
ujarnya.
Program Menjadi Indonesia yang lain yakni menyusun buku
"Surat dari & untuk Pemimpin". Buku ini berisi gagasan bernas
dari para tokoh terpilih tentang bagaimana menjadi Indonesia. Mereka
yang menyumbang gagasan dalam buku tersebut antara lain Gunawan
Muhhamad, Dahlan Iskan, Bondan Winarno, Riri Riza, Mira Kesmanam Chris
John, Arifin Panigoro, Busyro Muqodas (wakil dari KPK).. “Melalui
surat-surat mereka , kami ingin berbagi semangat positif kepada anak –
anak muda, itu adalah salah satu cara,” kata Mardiyah
Berikut agenda Menjadi Indonesia di Universitas Padjadjaran Bandung, pada 17 Oktober 2012:
• Kelas penulisan Esai
• Pembacaan ‘Surat dari dan untuk Pemimpin', para tokoh yang akan membacakan surat tersebut adalah:
1. Gola Gong, novelis
2. Iwan Abdulrachman, budayawan
3. Ridwan Kamil*, arsitek
4. Tisna Sanjaya, seniman
5. Busyro Muqoddas*, wakil ketua KPK
Ide Menjadi Indonesia
Ide
menggulirian program Menjadi Indonesia, berawal pada 2009, ketika
Mardiyah Chamim diundang oleh Letjen (Purn) Bambang Darmono, saat itu
Sekjen Dewan Ketahanan Nasional, untuk membahas sebuah kegiatan yang
berguna bagi kaum muda.
Selanjutnya, Tempo Institute bersama
Wantanas dan Perhimpunan Indonesia Tionghoa sepakat menyelenggarakan
Kompetisi Penulisan Esai Mahasiswa Menjadi Indonesia.(Kgde)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar